Selasa, 06 Desember 2011

Berjuanglah! Jangan Menyerah..


Kemaren di hari Ahad di Rumah Amalia kami semua berkumpul, anak-anak Amalia, para ibundanya, kakak-kakak pengajar. Dalam memperingati tahun baru hijriyah, tahun baru Islam kami mengadakan lomba masak soto. Suasana begitu riuh. Setelah diumumkan pemenangnya. Anak-anak Amalia dengan ceria menikmati soto buatan para ibunya masing-masing. Sementara terlihat Ibunda Riska, “Single Mother” melayani begitu banyak anak-anak yang mengantri ingin menikmati sotonya dengan sabar dan penuh senyuman. Sejak pagi hari sudah memasak dan mempersiapkan soto, saya melihat perjuangan yang begitu luar biasa dan sama sekali tidak menunjukkan wajah yang lelah, apa lagi mengeluh. Saya yakin, anak-anak tidak hanya menikmati sotonya namun menikmati kasih sayang seorang ibu yang penuh pengorbanan dan daya juang dalam kehidupan ini.
Pengalaman hari ahad kemaren di Rumah Amalia seolah mengajarkan kepada saya bahwa hidup ini tidaklah mudah tapi kita tidak boleh menyerah. Pelajaran yang berharga bahwa hidup ini haruslah dijalani dengan sikap mental dan daya juang sekalipun kita tahu hidup ini tidaklah mudah, penuh onak berduri, terkadang membuat kita terluka, perih dan sakit. Sesulit apapun situasi kita saat ini, daya juang kita tidak boleh padam. Kita dapat belajar dari orang-orang disekeliling kita yang menjalani hidup ini tidak mudah menyerah. Sahabatku, Hidup ini tidak mudah tapi kita tidak boleh Menyerah.”Janganlah kamu bersikap lemah jangan pula kamu bersedih hati. Padahal kamulah orang yg pale tinggi derajatnya, jika kamu orang yg beriman.” (QS. Ali-Imran : 139).

Tips Agar Selalu Dicintai


Di dalam hidup sering kali kita ingin dicintai oleh orang lain, pasangan hidup kita, saudara, kerabat, teman kantor, sang buah hati kita dan juga tetangga dimana kita tinggal. Rasulullah memberikan satu tip agar kita dicintai oleh orang lain sebagaimana Sabda beliau, “Kalian disenangi oleh manusia bukan karena harta kalian melainkan karena wajah yang ceria dan akhlak yang mulia.” (HR. al-Baazar)
Wajah yang ceria dan akhlak yang mulia itulah kunci agar kita dicintai oleh orang lain bahkan juga oleh Allah dan RasulNya. Pernah Nabi Muhamad ditanya, ‘Ya Rasululullah, siapakah hamba yang pale dicintai oleh Allah?’ Beliau menjawab, ‘Yang pale baik akhlaknya.’ (HR. al-Tirmidzi). Dan Nabi juga bersabda, ‘Orang yang pale aku cintai dan pale dekat denganku dihari kiamat adalah orang yang pale baik akhlaknya.’ (HR. al-Tirmidzi).
Jadi, kuncinya agar kita dicintai adalah wajah yang ceria dan akhlak yang mulia.
<p>Your browser does not support iframes.</p>

Bukan Jodoh Biasa


Bukan jodoh biasa, pertemuannya begitu singkat setelah ta’aruf, mengenal gadis yang membuatnya jatuh cinta karena keimanannya, akhirnya ia memutuskan untuk segera menikah. Dulu ia memiliki harapan sama seperti laki-laki pada umumnya ingin segera menikah dengan gadis yang dicintainya. Pada saat ia dengan gadis yang dicintainya sudah berkeinginan untuk segera menikah, ayahnya meninggal dunia. Impiannya untuk menikah menjadi sirna. Sebagai anak laki-laki yang tertua di dalam keluarga dirinya menanggung beban tanggung jawab pengganti ayah untuk mencari nafkah. Bekerja keras membiayai sekolah adik-adiknya sampai kuliah sehingga tidak sadarkan diri usianya sudah empat puluh tahun. Semua adik-adiknya telah berkeluarga dan bekerja, sementara ia masih dalam kesendirian. Terkadang  kesedihan dan kebahagiaan bercampur baur menjadi satu. Kesedihan dirasakan ketika setiap kali ibunya yang selalu bertanya kapan dirinya menikah, hatinya bagai tersayat-sayat melihat ibu yang sangat berharap ia secepatnya menikah. Disisi yang lain ia merasakan pengorbanannya tidak sia-sia karena telah mengantarkan adik-adiknya kedepan gerbang pintu kebahagiaan.
Ditengah hatinya yang remuk redam berada di Rumah Amalia menyejukkan hatinya dengan berbagi berharap Allah memberikan kemudahan untuk bertemu  jodohnya. Air matanya mengalir tak terasa. Kepedihan hatinya karena berharap bisa membahagiakan ibunda tercinta segera terwujud. Ia hanya bisa berserah diri memohon pertolongan pada Allah  agar segera bertemu dengan jodohnya. Sampai satu hari hatinya terkesiap disaat adiknya perempuan mengenalkan temannya seorang gadis manis yang berjilbab merah muda yang sudah siap untuk walimah. Dengan penuh keraguan ia membisikan ditelinga adiknya bahwa dirinya sudah tua, gadis itu separuh dari usianya. Adiknya meyakinkan untuk meniatkan menikah karena Allah bukan karena muda, cantik atau materinya. Senyum indah menghiasi wajah adiknya. Tak kuasa lagi untuk menolak keinginan adiknya kali ini untuk segera menikah karena beberapa kali selalu menolak yang dikenalkan adiknya.
Pernikahan dilaksanakan dengan sederhana, kebahagiaan diwajah sang ibu terlihat atmosphere mata yang bening mengalir dipipinya. Pernikahan itu sebuah penantian yang panjang dan berliku. Bagai melepaskan beban yang begitu berat setelah bisa menunaikan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga untuk membesarkan adik-adiknya dan kini telah memenuhi tugasnya untuk melaksanakan Sunah rasul. Cintanya yang tulus penuh kebahagiaan mengarungi bahtera rumah tangga bersama istri yang dicintainya mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah. Jodoh adalah sebuah misteri, manusia hanya berupaya dan berikhtiar sepenuhnya jodoh seseorang tetaplah keputusannya atas kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
‘Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum berpikir. (QS. ar-Ruum : 21).

Doa Seorang Suami


Laki-laki separuh baya itu atmosphere mata mengalir membasahi bajunya, dengan penuh kesabaran duduk dipembaringan menemani istrinya sampai kemudian menghembuskan napas terakhir. Mencintai dengan setulus hati pada istri telah menjadi komitmen, ketika dirinya didera ketakutan hidup sendiri telah menghantui dirinya sejak lama. Ia berusaha mempersiapkan diri dan selalu berusaha melayani istri dengan baik karena menderita sakit. Kesabaran karena kasih sayang tak terukur yang diberikan pada istrinya sebab ia dan anak-anaknya benar-benar merasakan kasih sayang dari istri dan ibu yang tidak pernah sedikitpun menyakiti hati mereka. Meski menderita sakit namun kata-kata dan sikap yang begitu lembut dan tidak pernah menjadi marah. Sampai kemudian terjadilah apa yang ditakutkan, serangan penyakit yang tak tertolong oleh dokter dan rumah sakit dengan peralatan complicated sekalipun telah merenggut jiwa istrinya. Ia merasa startle dan terpukul atas kepergian sang istri. Berkali-kali jatuh pingsan, menjadi lemah dan tak berdaya setelah kepergiannya. Sebagai suami merasakan kehilangan sesuatu yang pale berharga dalam hidupnya dan tidak tahu harus berbuat apa.
Ia menatap anak-anaknya yang tumbuh besar begitu sedih dan menangisi kepergian ibu yang begitu menyayangi mereka namun mereka lebih terpukul melihat keadaan dirinya yang tidak lagi memperdulikan mereka, tidakk lagi mengurus apapun termasuk mengurus dirinya sendiri. Tiap hari ia lebih banyak duduk dan setiap kali memandangi poto-poto yang menempel didinding, atmosphere matanya mengalir deras. Buku-buku, benda kesayangan, tanaman dihalaman tetap disiraminya. Juga binatang peliharaan kesayangannya seolah mengingatkan lagi usapan tangan yang lembut, Ia tidak mau memindahkan semua benda atau apapun yang berkaitan dengan istrinya. Perasaan kehilangan telah membuatnya tidak lapar dan haus membuat tubuhnya menjadi lemah dan tak bergairah untuk bekerja. Dalam kesendirian dirinya bertanya-tanya, ‘Bila Allah Maha Baik mengapa membiarkan kami kehilangan orang yang kami cintai? Mengapa kebahagiaan keluarga kami begitu singkat?
Ketika keadaan sudah sedemikian parah dan ia ditengah keterpurukannya, sampai kesempatan mengenal orang yang mengalami hal yang sama di Rumah Amalia, kehilangan orang yang dicintainya, menanggung beban yang berat. Akhirnya ia menemukan dirinya sendiri dan bisa mengatasi rasa perih akibat kehilangan orang yang dicintainya. Ia menyadari bahwa Allah telah menganugerahkan cinta dan kasih sayang pada dirinya, rasa cinta itulah yang menguatkan dirinya agar tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang ayah bagi anak-anaknya dan bagi sesama dengan aktifitas sosialnya. Kenangan indah akan orang yang dicintainya tetap disimpannya dan sebagai penyembuh bagi dirinya. Rasa perih, kesepian dan kesendirian perlahan-lahan telah mencair, ia memperoleh makna hidup yang membuatnya semakin mengerti makna kesetiaan dan setiap sehabis sholat senantiasa memanjatkan doa untuk istrinya yang telah tiada memohon pada Allah menempatkan disurga yang terindah disisiNya.

Baju Untuk Ayu


Belum genap setahun hidup dilaluinya di Ibukota bersama putrinya. Hidupnya tak menentu dan berpindah-pindah. Air matanya sudah kering mengalir dia tumpahkan dalam pengaduan kepada Sang Khaliq setiap sholat di masjid Istiqlal. Poto wajah kecil Ayu putri kesayangannya selalu tersimpan di dompetnya sebagai tanda cinta. Bajunya teramat lusuh. Wajahnya terlihat kuyuh dengan sepatu yang berlobang diujungnya. Kulitnya hitam legam terbakar sinar matahari.
Setiap hari menyusuri jalanan untuk mengais rizki. Terkadang memaksa dirinya untuk mengemis demi sesuap nasi. Suara bising, asap knalpot sudah menjadi menu sehari-hari. Kakinya perih penuh luka kebanyakan jalan kaki. Batuknya beberapa kali terdengar. Hari makin tambah panas, belum sesuap nasi mampir ke perutnya. Matanya melelehkan atmosphere mata membayangkan wajah cantik putrinya yang berlari-lari menyambut dirinya pulang sementaranya perutnya melilit menahan lapar.
Sambil duduk dia keluarkan secarik kertas tulisan tangan putrinya. ‘Ayah, kalo ayah udah dapet duit jangan lupa beliin Ayu baju ya..ayah.’
Kertas itu kemudian dilipat dan dimasukkan ke kantong celana. Tangannya mengucap keringat dan atmosphere mata yang menyatu dipipinya. Direlung hatinya terasa perih bagai teriris sembilu. Wajah anaknya yang sedang tersenyum bagai pisau menusuk sampai ke hulu hatinya. Sejak istrinya meninggal dunia, hidup anaknya penuh penderitaan karena mempunya seorang ayah seperti dirinya. Keinginan untuk membahagiakan putrinya belum juga mampu diwujudkan. Pikirannya menjadi kalut tidak tahu bagaimana mendapatkan baju untuk putrinya.
Matanya memandang kepada sebuah Supermarket diseberang jalan. Dia mendatangi Supermarket itu dengan wajah memelas mencoba berharap belas kasihan setiap pengunjung. Wajahnya yang kurus tak  terawat tak membuat orang menaruh kasihan pada dirinya. bahkan orang yang melihat malah tidak menoleh sedikitpun. Tak seorangpun peduli padanya. Hatinya semakin perih dan menangis. Kakinya gemetar menahan lapar. Tubuhnya terasa rapuh. Wajah putrinya terlintas di dalam benaknya. Rengekan Ayu terngiang ditelinganya. ‘Ayah, Ayu mau baju baru..’
Tanpa disadarinya matanya melihat sebuah dompet tergeletak dimeja kasir. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri mengawasi orang-orang disekeliling dengan penuh keyakinan dia ambil dompet itu. Sekuat tenaga dia berlari menuju pintu keluar. Seorang Ibu berteriak, ‘Jambret…jambret…’ Orang-orang disekeliling Supermarket terkejut dengan teriakan itu. Beberapa orang berlari mencoba untuk mengejarnya. Nampak satu dua orang menghadang. Perutnya yang seharian lapar membuatnya tak berkutik. Bogem mentah dilayangkan diwajahnya. Mata berkunang-kunang. darah mengucur dibibirnya. Orang-orang yang sudah terbakar amarah tidak mempedulikan teriakannya meminta ampun. Bahkan sebagian orang meludahi wajahnya.
Wajahnya tersungkur menyentuh trotoar. Teriakan orang-orang tidak terdengar lagi. Terkapar tubuhnya dijalanan. Tidak tahu berapa lama dirinya pingsan. Kumandang adzan itu membangunkan dirinya seolah Sang Khaliq menyapa hati dan tubuhnya yang penuh luka. Berkali-kali dirinya beristighfar memohon ampun kepada Allah atas semua kekhilafan yang telah dilakukannya. Terucap kata lirih disaat wajah putrinya yang sedang tersenyum menyambutnya pulang. ‘Ayu, maafkan ayah belum bisa membelikan baju baru buat Ayu.’
Ayu sang buah hati memeluknya, mencium mesra pipi ayahnya. Pertanda Ayu mengerti apa yang sedang terjadi. Malam kelam dibawah kolong mereka berdua menikmati singkong bakar, begitu terasa nikmatnya. Mensyukuri hidup dengan penuh kasih sayang. Sekalipun hari itu Ayu belum memakai baju baru.

"Apakah Allah Memaafkan Saya, Mas?"


“Apakah Allah memaafkan saya, Mas?” tuturnya ahad pagi di Rumah Amalia ramai anak-anak dengan aktifitasnya, seorang gadis ‘curhat’, telah lama menyimpannya sampai hidupnya menjadi tertekan. Rumah Amalia hadir menjadi ‘tempat berbagi’ berbagi dalam suka dan duka, berbagi kebahagiaan dan penderitaan yang telah mengalirkan atmosphere mata. Dirinya dibesarkan oleh sang nenek, ayah dan ibu sudah lama meninggal dunia. Dari kecil neneknya selalu menanamkan nilai-nilai agama, belajar mengaji, sholat dan puasa. Disekolah dirinya terbilang cerdas, dari SD sampai SMA selalu renking 3 besar disekolahnya. Sekalipun tidak bisa melanjutkan keperguruan tinggi, dia bersyukur selepas lulus SMA bisa melanjutkan dengan kursus akutansi sampai bisa bekerja di Jakarta.
Kebahagiaan tiada tara karena bekerja di kantor yang tinggi menjulang merupakan impiannya sewaktu kecil. Sampai kemudian ada seorang pria ganteng, teman sekantornya yang menyatakan cinta pada dirinya. ‘Seumur hidup saya baru kali itu Mas Agus ditaksir ama cowok,’ ucapnya tersipu malu. Namun karena kehidupan kota Jakarta yang menjauhkan dirinya iman, terjatuh dalam pergaulan tanpa norma. Dirinya terjerumus pergaulan bebas, dia tidak mampu menolak rayuan sang cowok. Semua itu baru disadarinya setelah merasakan tubuhnya yang terasa berbeda. Tubuhnya terasa lemas. Hilang sudah impian dan harapan. Hampir saja mengakhiri hidupnya. ‘Menangis saya seharian Mas Agus,’ ucapnya. Matanya memerah, atmosphere matanya mengalir begitu saja tanpa disadarinya. Cowok itu menghilang tanpa jejak, tidak betanggungjawab atas perbuatannya. Ditengah kegalauan dan penuh linangan atmosphere mata, dirinya memutar radio, ‘Saat saya memutar radio, saya mendengarkan Radio Bahana FM Jakarta. Malam itu saya mendengar Mas Agus menjelaskan bahwa ‘Ketaqwaan kepada Allah menyelamatkan Hidup Kita’ Rasanya penjelasan itu menenteramkan hati saya Mas Agus.’ tuturnya. Maka hari Ahad pagi dirinya memutuskan ke Rumah Amalia.
Bahwasa sekotor apapun perbuatan kita bila kita bertaubat dan memohon ampun kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala maka Allah akan mengampuni dosa-dosa kita karena yakinlah Allah senantiasa memiliki rencana yang indah untuk hidup kita agar kita semakin mendekatkan diri padaNya. Mendengar penjelasan itu, terdengar isak dan tangisnya. ‘Astaghfirullah, Semoga Allah mengampuni dosa saya ya Mas,’ ucapnya lirih dan tak lama berpamitan. Sampai suatu hari ada email darinya yang mengabarkan sudah memutuskan pulang kampung untuk melahirkan dan membesarkan sang buah hatinya bersama sang nenek, neneknya menyambutnya dengan tangan terbuka. ‘Semua perbuatan yang saya lakukan menyadarkan apa yang saya lakukan salah karena jauh dari Allah, memohon ampun kepada Allah. Terima kasih Mas Agus atas dukungan dan doanya.’ Tuturnya dipenghujung email.  Air mata mengalir tak terasa. Merasakan betapa berat beban yang ditanggungnya. ‘Ya Allah..”

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjuang diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.’ (QS ali-Imran : 142).

Menjaga Kebahagiaan Keluarga Ditengah Samudra Kehidupan


Keluarga tidak selalu dihiasi ketenangan, banyak peristiwa yang menjadi badai menghempas kebahagiaan yang sudah disusun rapi dengan susah payah. Ada pertengkaran, selisih paham, ketegangan, luka perih dihati mengusik keharmonisan keluarga. Kejenuhan, dan kebosanan menambah daftar panjang hempasan badai dan gelombang ditengah keluarga mengarungi samudra kehidupan, cinta mulai melayu, tetapi pernikahan dipertahankan demi anak-anak, pernikahan adalah kenyataan yang memalukan sehingga dipertahankan seolah tidak ada masalah demi menjaga citra masing-masing ditengah masyarakat maupun ditengah keluarga besar, perekat jalinan dua hati telah menipis, demikian juga kebahagiaan keluarga juga telah menipis, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah, “Barangsiapa diharamkan atasnya kasih sayang, maka segala bentuk kebaikan akan hilang darinya.” (HR. Muslim Ahmad).
Lantas bagaimana menjaga kebahagiaan keluarga ditengah badai dan gelombang samudra kehidupan? Jika anda ingin menjaga kebahagiaan keluarga maka lakukanlah karena kecintaan anda kepada Allah maka anda menjaga dan mencintai pasangan anda dengan setulus hati, bukan karena jaim atau jaga imej. Rasulullah bersabda, “Seorang Mukmin yang pale sempurna imannya adalah yang pale baik akhlaknya serta pale lemah lembut terhadap istrinya.” (HR. Ahmad Tirmidzi). Bila kita mencintai pasangan karena cinta kita kepada Allah maka Allah akan melimpahkan keberkahan, kebahagiaan dan juga kebahagiaan untuk keluarga kita. Allah akan memelihara kasih sayang dan keharmonisan keluarga kita. Sebagaimana Sabda Rasulullah, “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi sebuah keluarga, Dia menempatkan pada mereka kasih sayang.”(HR. Ahmad).

Hidup Kuat Dan Sehat Setelah Melalui Berbagai Kehilangan


Kehilangan orang yang dicintai adalah merupakan pengalaman hidup yang menyakitkan. Tanpa kita sadari banyak kehilangan yang menyebabkan begitu banyak penderitaan dan kehilangan dalam bentuk lain. Kehilangan rasa manisnya ibadah, Kehilangan cinta dan kasih sayang seorang ibu atau ayah kita, kehilangan percaya diri, kehilangan semangat hidup, kehilangan properti, kehilangan sahabat. Kepedihan yang kita rasakan hanya akan terjadi bila kita kehilangan sesuatu yang sangat berarti dalam hidup kita sebab Allah melatih kesabaran kita dan menguji kita kepada sesuatu yang begitu teramat kita sayangi dan kita cintai. itulah sebabnya bagi mereka yang pernah kehilangan orang yang kita cintai akan timbul reaksi penolakan, kemarahan dan kepedihan.
Lantas bagaimana untuk memulihkan agar hidup kita menjadi kuat dan sehat? Kenalilah perasaan anda, berani jujur mengakui apa yang anda rasakan dahulu dan sekarang, belajar untuk mengenal dan memperbaiki bahasa tubuh anda, wajah murung karena sakit kepala, pusing, menggigit kuku, menggaruk bagian tubuh yang sebenarnya tidak perlu, memperlihatkan wajah mimik yang tidak enak dipandang. itu semua karena anda merasa lemah tak berdaya. Bila itu yang terjadi hendaklah anda datang kepada Allah, menangislah dan memohonlah agar Allah menyembuhkan luka hati, membentuk, mengubah dan memperbaiki yang membuat hidup anda lebih kuat, lebih sehat, lebih indah dan berguna untuk mengabdi kepada Allah dan kebaikan sesama.
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.â€� (QS. Ath-Thalaq 2-3).

Menyembuhkan Trauma Masa Lalu Yang Menyakitkan


Trauma masa lalu yang tidak terselesaikan akan terus membekas, mempengaruhi cara berpikir, bertindak dan bereaksi dalam kehidupan sehari-hari. Kalau mishap ini tidak dipahami dengan baik maka perasaan tertekan menjadi datang bertubi-tubi sampai tidak tahu memahami kehidupan realitas. Kondisi ini bayangan atau perasaan yang bersifat tidak nyata menjadi terlihat nyata. Nyata bagi dirinya namun bagi orang lain dianggap aneh karena peristiwa itu memang tidak ada. Banyak orang mengira, kalau kita mengalami kejadian yang mengerikan sebaiknya jangan diingat-ingat, dilupakan saja. Orang cenderung menasehatkan agar tidak mengingat-ingat lagi, malah ada yang menganjurkan agar menghindari mengingat masalah itu.
Lantas bagaimana caranya untuk menyembuhkan mishap masa lalu yang menyakitkan? Terimalah bayangan masa lalu yang menyakitkan itu sebagai ketetapan Allah, kerelaan menerima apapun yang sudah menjadi kehendak Allah justru membuat kita menjadi kuat dan sabar dalam mengarungi hidup ini. Allah mengajarkan agar kita mampu memaafkan terhadap orang yang telah menyakiti hati kita. Memaafkan bukan melupakan, memaafkan berarti membalas keburukan dengan kasih sayang. Maka dengan memaafkan hidup kita akan menjadi lebih indah, lebih sehat dan lebih membahagiakan karena Allah melimpahkan keberkahan dalam hidup kita. Insya Allah.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-Raad 28).

Membaca al-Quran Itu Menyenangkan


Membaca al-Quran itu menyenangkan. Begitulah yang dirasakan seorang ibu. Pada suatu hari ada seorang ibu yang bertandang ke Rumah Amalia. Beliau bertanya, ‘Mas Agus, saya kalo membaca al-Quran kenapa kok nggak ngerti ya?’ Saya kemudian balik bertanya, ‘Bagian mana ibu tidak mengerti?’ ‘Pokoknya ya setiap kali membaca al-Quran.’ Kali ini giliran saya yang bingung mendengar jawaban beliau. Saya kemudian membantu menjelaskan dengan memberikan contoh, ‘Ibu tahu saringan yang untuk memeras kelapa agar mendapatkan santan?’ Beliau mengangguk, tanda mengerti maksud saya. ‘Kalo ada saringan yang kotor dan ibu berkenan menaruhnya dibawah kran dengan atmosphere yang mengucur deras, apakah saringan itu bisa menampung air?’ Beliau menggeleng kepala. ‘Bila ibu terus mengucurkan atmosphere ke saringan kotor kira-kira apa yang terjadi?’  Beliau tersenyum dan menjawab, ‘Saringannya menjadi bersih Mas Agus.’ ‘Nah, seperti itulah kita, kalo kita membaca kita al-Quran, mungkin ibu tidak mengerti namun bila ibu membacanya terus menerus, tentunya ibu menjadi mengerti. Jika ibu membacanya rajin tiap pagi atau sehabis sholat maghrib selain kita mendapatkan petunjuk dari Allah sekaligus membersihkan kotoran hati kita.’ Wajah beliau nampak berseri-seri tanda mengerti apa yang saya maksud.
Teman, bila kita membaca novel, nonton TV atau Film, menghapal lagu pale cepat untuk mengerti dan menghapalnya. Namun bila untuk membaca kita al-Quran baru satu ayat, mata sudah terasa lengket. Beberapa kali menguap. Baru lima menit membaca sudah seperti lima jam rasanya. Ketika kita bersungguh-sungguh untuk membaca dan meresapi isi al-Quran akan banyak sekali manfaatnya dan meresapi makna yang terkandung di dalamnya, sangat terbukti untuk kegunaannya, membersihkan segala kotoran dihati kita, mendatangkan keberkahan, kebahagiaan dan keselamatan bagi hidup kita dan keluarga kita.
‘Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjukkan orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus.’ (QS. al-Maidah :15-16).

Aku Pengen Pulang Kampung Aja Mas..


“Aku pengen pulang kampung aja Mas,” tutur Parmin, sahabatku. Malam itu di bulan suci Ramadhan masjid nampak bermandikan cahaya. Riuh anak-anak berlarian dijalanan terdengar petasan, pedagang juga meramaikan dengan jualannya. Kumandang adzan Isya’ sudah lama berlalu. Pengurus masjid mengumumkan pemasukan yang diperoleh pada malam kemaren dan juga pengumuman yang menjadi Imam sholat tarawih serta penceramah. Parmin duduk terdiam membisu dibarisan belakang tak memperdulikan apapun yang terjadi disekitarnya. Bahkan ia menggeleng kepalanya keada seorang laki-laki yang memintanya untuk mengisi shaf didepannya yang kosong. Hampir seminggu pada bulan puasa lalu Parmin tidak lagi bergairah untuk bekerja. Setiap hari dia sengaja untuk berangkat lebih siang daripada temannya. Tangannya seolah segan memakai topeng badut yang menemani selama hampir setahun. Ada sesuatu yang menyesakkan didadanya. Parmin ingin berhenti dari pekerjaannya sebagai badut keliling dari kampung ke kampung.
Saya mengenal Parmin sewaktu sholat berjamaah dimasjid. Biasa sehabis maghrib Parmin suka membaca al-Qur’an, katanya sambil menunggu adzan Isya, ‘tanggung mas..’ Bila mengaji bacaannya cukup bagus, saya suka mendengarkan, menurut pengakuannya dia pernah dipesantren. ‘biar jelek-jelek begini aku jebolan pesantren lo mas..’ tuturnya. Setahun lalu Parmin terdampar di belantara Jakarta. Ketika tertipu calo TKI yang menjanjikan dirinya memberangkat ke Arab. Berbekal dengan sedikit bahasa arab yang dipelajari di pesantren Parmin memiliki kepercayaan diri untuk menjadi TKI di Arab yang terjadi malah tertipu. Mau pulang ke kampung malu sementara Parmin tetap harus makan maka dia memilih pekerjaan jadi badut keliling. ‘Aku iki iso opo to mas? Ya cuman jadi badut keliling dari kampung ke kampung.’
‘Jakarta itu kejam Mas Agus..hidup disini bila malu tidak bisa makan. Aku tidak merampok, tidak mencuri, kenapa malu? Koruptor aja yang merampok uang rakyat nggak malu, aku yang cuman menjadi badut yang berjuang untuk hidup kok malu?’ Begitu ucapnya berdalih dengan penuh semangat untuk membenarkan apa yang dilakukannya. Tetapi belakangan ada perubahan dalam sikapnya sejak Parmin mampir di Rumah Amalia melihat anak-anak yang sedang belajar. Terkadang bila Parmin habis pulang kerja, saya minta Parmin untuk mampir selalu menjawabnya ‘malu mas sama anak-anak Amalia.’
Parmin pernah bercerita, Dikampung dirinya memiliki adik laki-laki dan perempuan. Sejak bapak dan ibunya meninggal, mereka hidup bertiga. Keinginannya pergi ke Arab ditentang oleh kedua adiknya. ‘Aku sudah bosan hidup begini terus.’ tukas Parmin pada adik-adiknya. ‘aku pengen koyok konco-konco kae..pulang bisa bawa motor, hanphone dan barang-barang mewah sehabis pulang dari Arab.’ lanjutnya. Dia ingin merubah nasib. Tapi kini sudah setahun berlalu di Jakarta, dadanya mulai disesaki penyesalan. Ternyata dia tidak menemukan apa-apa yang ada malah berlumuran dosa, katanya. ‘aku ngiri ama sampeyan lo mas. Bisa ngurus anak-anak Amalia.’ katanya pada suatu malam.
Setelah lebaran Parmin mengabarkan bahwa tekadnya sudah bulat mau pulang kampung saja mengurus adik-adikku. ‘Mosok mau jadi badut seumur hidup? ya ndak to mas. Saya ingin melakukan apa yang diajarkan Kanjeng Nabi, Khairunnas anfa’uhum linnas, sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna bagi orang lain.’ Parmin berkemas, topeng badut, rambut palsunya, baju gombrong warna-warni telah diberikan temannya. ‘Banyak hal yang bisa saya lakukan dikampung, selain jadi guru ngaji, bisa ngurus sawah ama ngurus adik-adikku Mas,’ kata Parmin.
Siang panas terik, engine melaju dengan kencang. Saya mengantarkan Parmin menuju depot train Lebak Bulus untuk pulang kampung. Tak terasa sudah sampai. Saya hendak membelikan tiket train namun ditolaknya. Beberapa lembar lima puluh ribuan saya sodorkan untuk tambahan tetap ditolaknya, ‘mbak rika lebih membutuhkan mas..’begitu ucapnya. Airmata tak terasa mengalir begitu saja seolah kehilangan saudara. Parmin memeluk saya, mengucapkan terima kasih telah menyadarkan dirinya untuk tidak menyerah pada kehidupan. “Matur nuwun mas..aku sudah banyak belajar dari mas agus, salam buat mbak Rika istrinya Mas Agus, Hana dan anak-anak Amalia.’ Katanya. Bus tujuan ke Jawa tengah itu telah datang. Parmin berpamitan. Meninggalkan kota jakarta kembali ke kampung impiannya yang telah terwujud. ‘Selamat jalan Parmin, selamat berjuang sahabatku.’ ucap saya dalam hati melepas bepergiannya.

Sebuah Renungan

suatu ketika seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa besok engkau akan engirimku ke dunia, tapi bagaiman cara saya hidup disana?? saya begitu kecil dan lemah..” kata bayi
tuhan menjawab “aku telah memilih satu malaikat untukmu.. ia akan menjaga dan mengasihimu “
“tapi di surga apa yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa,, ini cukup bagi saya untuk bahagia..” demikian kata si bayi.
tuahanpun menjawab ” malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari, dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan jadi lebih berbahagia”
si bayi joke bertanya kembali ” dan apa yang dapat saya lakukan saat saya ingin berbicara kepada-Mu??”
sekali lagi tuhan menjawa “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana caranya berdo’a..”
si bayi masih belum puas, dan bertanya lagi ” saya mendengar bahwa di bumi banyak orang jahat, siapa yang akan melindungi saya??”. dengan penuh kesabaran tuhan menjawab “malaikatmu akan melindungimu dengan taruhan jiwanya sekalipun”.
si bayi tetap belum puas, dan melanjutkan pertanyaanya, “tapi saya akan bersedih karena tidak melihat engkau lagi”. dan tuhanpun menjawab ” malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepada-Ku, walaupun sesungguhnya aku selalu berada disisimu”
saat itu surga begitu tenangnya, sehingga suara dari bumi dapat terdengar, dan sang anak dengan suara lirihnya bertanya, “tuhan jika saya harus pergi sekarang, bisakah engkau memberi tahu, siapakan nama malaikat di rumah ku nanti?
tuhanpun menjawab, “kau boleh memanggil malaikat mu,, IBU…”
***
untuk ibu yang selalu meneteskan atmosphere mata untukku…
ingatkan kita ketika ibu rela tidur tanpa selimut, demi melihat anaknya tidur nyenyak dengan selimut membalut tubuh..??
ingatkan kita ketika jemari lembut ibu membelai lembut kepala kita??
dan ingatkah kita ketika atmosphere mata menetes dari mata ibu ketika melihat kita terbaring sakit..???
sesekali jenguk lah ibu yang selalu merindukan kepulangan kita di rumah….
simpanlah sejenak kesibukan-kesibukan duniawi yang selalu membuat lupa untuk pulang
jangan sampai kita kehilangan saat-saat yang akan kita rindukan di masa datang,, ketika ibu telah tiada..
ibu,, maafkan aku.. sampai kapanpun jasamu tak akan terbalas…
Eki Yandi Pinto
Eks.Ketua Umum OSIS MAN 2/MAKN Payakumbuh
Aktivist Racana Swarna Dwipa UNAND

Ya Allah, Kapan Jodohku Datang?


“Ya Allah, kapan jodohku datang?” ucapnya lirih dihari-harinya terasa kelabu. ketika hari diharapkan menyenangkan ternyata tak kunjung menghilangkan rasa gelisah dibilik hatinya. Gelisah pada umur yang mengejarnya, sementara pendamping hidup tak kunjung tiba. Setiap kali suara ibunya yang lembut mampu menyayat hatinya disaat bertanya, “Mbak, kapan ibu bisa menimang cucu?” “Insya Allah Bu..” dijawabnya dengan cucuran atmosphere mata. Bahkan salah seorang teman kerjanya selalu memprovokasi tak pernah dihiraukan, “Ubah dong penampilannya pakai roknya yang warna cerah, masa baju komprang, kedodoran, warna kusam, nggak ngetrend.” Keyakinannya bahwa wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, akan datang laki-laki baik yang menerima dirinya apa adanya.
Disaat lelah dan letihnya kehidupan, kebahagiaan itu ditemukan disaat mampir untuk melepaskan dahaga di Rumah Amalia, bersama seorang temannya siang itu di Rumah Amalia berkumpul dengan anak-anak Amalia, rasanya ikut berlari-larian. Tanpa terasa atmosphere matanya mengalir begitu banyak anugerah Allah yang telah diterimanya namun lupa mensyukurinya. Pekerjaan, masih punya orang tua yang menyayangi dirinya. Dengan berbagi kebahagiaan untuk anak-anak di Rumah Amalia merupakan tanda syukur atas semua nikmat karunia Allah. Sampai waktu berlalu, sepulang dari kantor ditempat kos sudah menunggu seorang teman lama. “Mbak, sudah lama menunggu?” Tangannya tergopoh-gopoh mengeluarkan kunci kamar, wajahnya tersenyum manis. “Sudah dek, setengah jam yang lalu.” ucapnya. Tanpa menunggu basa basi, temannya itu mengatakan bila adik laki-lakinya ingin ta’aruf. Diperlihatkan poto sang adik, hatinya berdesir. “Masya Allah, wajahnya bening memancarkan keshalehan, ucapnya dalam hati. “Mbak, apa aku pantas untuk adiknya Mbak?” tanyanya ragu.”Insya Allah, seperti yang kamu bilang wanita yang baik untuk laki-laki yang baik.” jawabnya membuat dirinya tersipu-sipu malu. Malam hari, sesaat temannya sudah pulang. Hatinya bergetar ketika membaca SMS, “Assalamu’alaikum Ukhti, Minggu depan izinkan saya bersama kedua orang tua dan keluarga besar kami datang ke rumah orang tua ukhti untuk melamar. Wassalamu’alaikum, Akhifillah.” Tetes atmosphere matanya tak terbendung lagi, Allah menjawab doanya dengan mengirimkan pendamping hidup untuknya. Ternyata tak ada yang sia-sia atas kesabaran dan doanya selama ini. Subhanallah.

Sahabatku, Bersabarlah! Disaat Musibah & Cobaan Datang


Ditengah kebahagiaan. Tiba-tiba musibah datang memporakporandakan semua. Musibah menjadi terasa teramat berat karena kita sedang berbahagia. Biasanya ditengah kebahagiaan seperti itu kita lengah. Jika ada hal yang buruk kita benar-benar terhenyak dibuatnya. Sama sekali tidak kita sangka. Kebahagiaan mampu membuat diri kita mabuk kepayang. Kita tidak dalam keadaan sadar dan mawas diri dengan keadaan sekeliling kita karena kita merasakan kenikmatan yang tiada tara sehingga begitu tertimpa kepedihan membuat tubuh kita seolah terguncang hebat.  Tanpa kita sadari terucap oleh kita. ‘Ya Allah, kenapa ini terjadi pada diriku? Aku tidak lalai, tapi aku tidak siap. Aku tidak melupakan diriMu, tetapi aku sedang berbahagia.’
Sahabatku, Bersabarlah! Disaat Musibah Itu Datang. Sabar menerima musibah membuat tubuh kita menjadi ringan dari penderitaan bahkan mampu menghapus dosa-dosa kita. Setiap musibah, ujian cobaan yang datang akan disesuaikan dengan kadar kemampuan kita dalam menerimanya karena Allah sangatlah memahami seberapa kekuatan kita dalam menerimanya sehingga Allah tidak akan memberikan musibah, ujian cobaan diluar kesanggupan kita. Musibah hadir di dalam kehidupan kita sebagai proses menyucikan kita dari segala kotoran yang melekat dalam jiwa kita sehingga dosa dan segala kotoran jiwa kita dibersihkan dengan kekuatan daya pembersihannya.
Musibah, ujian cobaan adalah provident partner dalam hidup ini. Bila kita memahami bahwa musibah, ujian cobaan sebagai provident partner di dalam kehidupan kita maka sudah sepatutnya kita mampu menyambut disetiap musibah dengan lapang dada dan rasa optimis di dalam hidup ini bahwa Allah memuliaan hidup kita dengan berbagai cara yang indah, terkadang sekalipun kita merasakan hal itu menyakitkan dan membuat hati terasa pedih karena Allah memberikan kita provident partner yang lebih kuat tangguh. Semakin kuat tangguh provident partner kita malah semakin baik agar kita menjadi kuat dan tujuannya hanya satu agar anda bisa menjadi pemenang. Pemenang yang diberikan keberkahan yang sempurna rahmat Allah serta mendapatkan petunjuk.
“Dan Sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila tertimpa musibah mereka mengucapkan ‘inna lillaahi wa inna ilaihi raajiuun’ (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNya kami akan kembali). Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”(al-Baqarah : 155 -157).

Training

Informasi Training :
  1. Leadership Basic Training dan Leadership Intermediate Training diadakan oleh PD PII Bukittinggi-Agam bertempat di mesjid muslimin Kel.Pintu Kabun Bukittinggi, yang akan berlangsung 26 desember 10 sampai 01 january 2011.kegiatan ini merupakan kerjasama PD PII Padang Panjang, PD PII Payakumbuh dan PD PII Pasaman, dimana untuk 3 PD tersebut tidak mengadakan LBT akan tetapi hanya akan mengirim peserta.
  2. Leadership Basic Training diadakan oleh PD PII Kab.50 Kota bertempat di Nahadatun Nisaiyah padang japang, kegiatan akan berlangusng 26 desember 2010-31 Jan 2011.

Kasih Ulama Buat Pemimpin

Kekeliruan selama ini dalam melihat kasih sayang adalah menjadikan kepenurutan sebagai buktinya. Bahkan sikap hormatpun mesti ditunjukkan dengan sikap penurut.
Pola berfikir begini menyusup kemana-mana bahkan sampai kepada hubungan ulama dengan penguasa. Peran ulama yang melanjutkan peran Rasulullah saw yang mesti bersama dengan kebaikan dan tegak berhadapan melawan kemungkaran, juga terpengaruh oleh pola fikir “pak turut” ini. Sehingga bertubi-tubilah cacian serta makian kpd orang-orang yg berdiri tegak berseberangan dengan para penguasa. Radikallah, tidak bijaklah, kurang ariflah, emosionallah dan berbagai gelar lainnya. Nampaknya ada hal yang mereka lupakan yaitu: “Selembut apapun kalimat yang haq, tetap akan terasa pahit terasa di kerongkongan mereka yang durhaka!”
Karena itu, wahai para pejabat yang berkuasa ! Fahamilah kasih ulama dalam kejujuran nasehat yg mengalir. Ulama yang menyayangi pemimpin adalah yang lebih menghibakan dahsyatnya perhitungan Allah swt kpd pemimpinnya itu kelak di hari akhir. Walaupun pahit, nasehatnya tetap akan meluncur karena kasihnya kepada akhirat jauh lebih dalam dibandingkan kasihnya kepada dunia pemimpin tersebut.
Yang menjadi ketakutan ulama yang penuh kasih kepada pemimpinnya adalah:
Do’a Rasulullah saw untuk para pejabat yang berwenang:

اللهم من ولي من أمر أمتى شيئا فشق عليهم فاشقق عليه و من ولي من أمر أمتى شيئا فرفق بهم فارفق به

” Ya Allah !!! Siapa yang berkuasa mengurus urusan umatku walau sedikitpun kemudian orang itu memyusahkan mereka maka buat pulalah orang itu menjadi susah dan siapa yang mengurus urusan umatku walau sekecil apapun kemudian dia bersikap belas asih kepada mereka maka belas asih pulalah kepadanya!“(HR. Muslim)
Apakah belum tiba waktu untuk menyadarinya ???!
Allahumma fasyhad !!!
Penulis :
Buya Gusrizal Gazahar
Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) Sumatera Barat

Wakil Walikota Bukittinggi Tutup LBT dan LIT PII

<![CDATA[ ]]>
Leadership Basic Training (LBT ) dan Leadership Intermediate Training ( LIT ) Pelajar Islam Indonesia ( PII ) yang diadakan PD PII Bukittinggi–Agam bekerja sama dengan PD PII Padang Panjang, PD PII Pasaman dan PD PII Payakumbuh telah selesai,Kegiatan yang dilaksanakan di mesjid Muslimin Pintu Kabun Bukittinggi ini berlangsung pada tanggal 26 Desember 2010-2 january 2011.
Wakil Walikot Bukittinggi dr.Harma Zaldi,SpB.FinaCs ( yang juga merupakan kelauarga Besar /KB PII ) resmi menutup kegiatan ini. Dalam sambutannya Bang Zal ( panggilan wawako) mengapresiasi peran PII dalam aktivitas pembinaan pelajar muslim. Disamping itu Bang Zal juga mengharapkan PII dapat lebih meningkatkan aktivitasnya dan lebih memvariasikan aktivitas dalam melakukan pembinaan pelajar dikarenakan pelajar hari ini mudah bosan dengan aktivitas yang monoton dan “berat”.
Sementara itu, Robby Yunianto MS selaku PJS Kabider PW PII Sumatera barat mengatakan bahwa PII akan senantiasa menjadi wadah bagi pelajar untuk mengembangkan diri.
Lebih lanjut Robby mengutip catur bakti PII “ PII akan senantiasa memilik 4 peran bagi pelajar yaitu wahana pengantar sukses studi, wahana pembentuk pribadi muslim, wadah tempat berlatih dan alat perjuangan
Semoga aktivitas PII lebih berkembang dan lebih memberikan dampak yang luas terhadap pembinaan pelajar sebagai generasi penerus dan generasi pengganti demi terwujudnya Izzul Islam wal Muslimin.(Free)

Ada pelangi Dimatamu


Dipagi hari ada seorang suami yang hendak berangkat ke kantor memanggil istri, “Dik, sini sebentar..” istrinya menjawab penuh keheranan, “Ada apa mas?” Istrinya mendekat dengan gugup, sementara sang suami memandang mata istri dan mengatakan, “Ada pelangi dimatamu,” Istripun menjadi tersipu-sipu malu, sambil mencubit lengan suami, “Idih, godain aja..aku kan jadi malu mas..” Suami tersenyum bahagia melihat wajah istri memerah delima tersipu malu. Suami melihat ada kebahagiaan dimata istri yang dicintainya.
Sahabatku, Bila anda tidak akan pernah bisa untuk mengungkapkan isi hati anda betapa cinta dan sayangnya anda kepada pasangan hidup anda atau betapa sayangnya anda terhadap anak-anak, sang buah hati anda namun anda masih memiliki sepasang mata yang indah yang akan mampu untuk mengekspresikan betapa anda mencintai dan menyayanginya dengan setulus hati. Sekalipun satu kata tidak mampu terucap dari bibir anda, yakinlah! pasangan hidup anda mampu melihat pelangi di mata anda, pelangi yang penuh warna warni cinta anda, cermin hati yang memancarkan kemesraan begitu besar kasih sayang anda padanya. Tatapan mesra anda melatih kontak batin seorang suami dengan istri, demikian juga seorang istri dengan suami yang akan mampu mendekatkan hati dan menyatukan jiwa. Taburkan hati istri anda dengan kasih sayang dan rasa cinta yang anda pancarkan dari mata indah yang anda miliki. Hangatkan hatinya yang kering kerontang, sirami dengan atmosphere hujan yang menyejukkan ditengah musim kemarau panjang, hiasilah dengan pelangi ditengah awan yang kelabu dengan pandangan mata anda yang memancarkan cahaya cinta dan kasih sayang. Jika memang anda sungguh-sungguh mencintainya maka anda akan menatap dengan cinta dan kasih sayangNya. Cinta dan kasih sayang Allah, Sang Maha Cinta Sejati.
Nah, lakukanlah sekarang juga memandang mata suami anda atau istri anda, temukan pelangi dimatanya, temukan kebahagiaan sebagaimana sabda Rasulullah, “Seorang suami apabila memandang istrinya dg kasih sayang istripun memandang dg kasih sayang maka Allah memandang keduanya dg pandangan kasih sayang. Bila suami memegang telapak tangan istrinya maka dosa-dosa keduanya berguguran dari celah jari-jari tangan keduanya” (HR. Rafi’i).

Ingat Nak, Bila Kamu Tidak Sholat. Diakhirat Ibu Akan Disiksa

 
Air matanya mengalir teringat pesan ibunda tercinta, “Ingat Nak, Bila Kamu Tidak Sholat. Diakhirat Ibu Akan Disiksa.” Disaat kenyataan pahit menghempas hidupnya. Usahanya dibidang pertanian dan makanan. Gagal panen karena faktor alam membuatnya harus mengalami kerugian milyaran rupiah. Disaat itu dirinya benar-benar minus, bila dihitung antara aset dan hutang, lebih banyak hutangnya. Sejak peristiwa itu seakan membuatnya terasa tertohok, menerima sebuah pukulan yang cukup telak membuat tubuhnya terhuyung-huyung limbung dan sampai akhirnya jatuh sakit. Perusahaan yang hampir kolaps dan sakit yang dideritanya  telah menyadarkan dirinya, sehebat apapun manusia berencana pada akhirnya Allahlah yang menentukan. Dalam hatinya menjerit. ‘Ya Allah, apa yang salah dariku? Perusahaanku hampir hancur, malah Engkau berikan aku sakit?’ Air matanya mengalir. Ditengah istri dan anak-anaknya tertidur lelap. Tak kuasa menahan perih dihatinya. Terasa begitu sakit yang luar biasa dideritanya. 
Dalam kesendirian dirinya merenung, selama ini betapa dirinya telah jauh dari Allah. Keyakinan terhadap diri sendiri telah membuatnya mengabaikan peran Allah dalam keberhasilan usahanya. Ibadah seperti sholat, zakat, puasa dan shodaqoh tidak pernah dilakukannya. Teringat pesan ibunda tercinta sewaktu masih duduk dibangku SMP agar jangan pernah meninggalkan sholat. “Ingat Nak, Bila Kamu Tidak Sholat. Diakhirat Ibu Akan Disiksa, karena kamu tidak pernah berdoa untuk Ibu.’  Baju basah tergenang atmosphere mata kerinduan kepada ibunda. Telah sekian tahun berlalu, sholat tidak pernah dikerjakan, tenggelam dalam mengejar impian. tergambar jelas begitu menggebu-gebu dirinya, siang malam bekerja merintis usahanya.  Istri dan anak-anaknya bahkan telah kehilangan figur dirinya sebagai suami dan ayah yang baik. ‘Ampunilah hambaMu ini, Ya Allah..’ Ucapnya lirih tak terdengar. Cubitan Allah itu telah menyadarkannya segera bangkit. Kehadirannya di Rumah Amalia untuk berbagi dengan harapan mendapatkan keridhaan Allah bagi diriya dan keluarga. Beberapa hari kemudian sakitnya sembuh. Seolah mendapatkan kekuatan besar untuk mengurus kembali usaha yang telah dirintis selamanya ini. Geliat perkembangan perusahaan pertanian dan makanan, tumbuh pesat tidak pernah disangkanya. Ia yakin semua itu adalah kehendak Allah dan hal itu membuat dirinya, istri dan anak-anaknya tidak lupa diri malah semakin dekat dengan Allah untuk menggapai keridhaanNya. Ibadah sholat ditunaikan mendatangkan kebahagiaan dan ketenteraman bagi kehidupan rumah tangganya. Subhanallah.

ISLAM DAN SISTEM PEREKONOMIAN MODERN

oleh Dr. Yusuf Qardhawi

Kita mengetahui dari beberapa kaidah yang telah diterangkan di atas di mana ekonomi Islam tegak di atas kaidah-kaidah tersebut. Dia merupakan sistem yang berbeda dengan sistem-sistem yang ada saat ini, baik yang berorientasi ke kanan atau ke kiri atau yang dikenal dengan sistem Materialis dan Sosialis. Islam berbeda dengan keduanya secara menyeluruh dalam berbagai segi, apalagi Islam lebih mendahului keduanya lebih dari 12 abad yang lalu.

Islam dan Materialisme

Sistem ekonomi Materialis tegak di atas pengkultusan terhadap kebebasan individu dan terlepas dari segala ikatan. Setiap individu bebas memiliki, mengembangkan dan menafkahkan dengan berbagai sarana yang dimiliki tanpa adanya aturan dan pembatasan.
Adapun hak masyarakat atas hartanya dan di dalam pengawasannya serta perhitungan atas pemilikannya, pengembangan dan pendistribusiannya, adalah hak yang lemah, bahkan hampir tidak memiliki pengaruh apa-apa. Sementara dari hati nurani mereka tidak lagi memiliki rasa pengawasan dan tanggung jawab yang menjadikannya menghormati kebenaran dan memeliharanya. Bahkan setiap saat mereka berusaha sedapat mungkin untuk lolos dari pengawasan hukum.
Adapun Islam, sungguh telah kita lihat bahwa dia meletakkan batas-batas atas pemilikan (hak milik) dan karya, juga batas-batas dalam pengembangan, pengeluaran dan pembelanjaannya. Islam menentukan batas-batas atas pemilikan, yang sebagiannya bersifat selamanya dan sebagian lagi bersifat sementara. Islam juga menghapus bentuk pemilikan yang diharamkan dan melarang riba, menimbun, menipu dan yang lainnya dari segala sesuatu yang menafikan (mengesampingkan) akhlaq dan bertentangan dengan kemaslahatan umum. Islam juga menjadikan hati nurani seorang Muslim untuk selalu melihat Al Khaliq Allah SWT, sebelum makhluq-Nya dalam setiap permasalahan. Dialah yang menjaga dan mengawasi pertama kali untuk memelihara hak-hak tersebut dari pemilik harta yang sesungguhnya. Dia-lah Allah SWT.
Islam juga memberi hak kepada seorang hakim syar'i yang melaksanakan hukum Allah untuk mencabut pemilikan seseorang, apabila ternyata memang bertentangan dengan kemaslahatan umum. Demikian juga Islam memberi wewenang kepadanya untuk tidak memberikan harta kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya dan orang yang menghambur-hamburkan harta serta menahan mereka untuk tidak mempergunakan harta yang pada hakekatnya merupakan harta masyarakat atau harta Allah menurut prinsip "Istikhlaf" (amanah), sebagaimana yang telah kami terangkan sebelum ini.

Islam dan Sosialisme

Jika faham Ekonomi Materialis Liberal mengkultuskan kebebasan individu sampai batas yang telah kita sebutkan maka faham Ekonomi Sosialis juga memiliki pandangan tersendiri, antara lain sebagai berikut:
Sistem ekonomi Sosialis menghilangkan pemilikan individu dan kebebasannya dan menganggap semua kekayaan itu sebagai perisai pemerintahan. Prinsip ini sangat diagung-agungkan oleh masyarakat sebagai perwakilan dari negara.
Individu dalam sistem ini tidak berhak memiliki tanah, pabrik pekarangan atau yang lainnya dari sarana produksi, tetapi ia wajib bekerja sebagai karyawan pemerintah sebagai pemilik segala sumber produksi dan yang berhak mengoperasikannya. Pemerintah juga melarang seseorang untuk memiliki modal harta meskipun melalui prosedur yang halal.
Adapun dalam Islam kita mengetahui bahwa dia menghargai hak milik pribadi, karena itu termasuk konsekuensi fitrah dan termasuk bagian dari kebebasan (kemerdekaan). Bahkan termasuk sifat dasar kemanusiaan, karena hak milik pribadi itu merupakan motivasi yang paling kuat untuk merangsang produktivitas dan meningkatkannya. Islam tidak membedakan antara sarana produksi dan yang lainnya, tidak pula membedakan antara pemilikan besar atau kecil, selama ia memperolehnya dengan cara yang sah menurut syari'at.
Sesungguhnya faham Sosialis Marxisme itu tegak di atas perang antar golongan dan mengobarkan api permusuhan antar golongan yang satu dengan yang lainnya dengan mempergunakan sarana kekerasan yang penuh pertumpahan darah. Sehingga pada akhirya seluruh golongan itu hancur, kecuali satu golongan yaitu kaum "Proletar" termasuk di dalamnya kaum buruh rakyat kecil.
Padahal yang sebenarnya menang bukanlah dari kalangan buruh, tetapi sekelompok manusia yang bekerja di partai dan militer yang berkuasa atas nama golongan buruh di segala bidang dan melarang sebagian besar penduduk dari segala sesuatu.
Oleh karena itu akhir penjelasan dari Karl Marx adalah, "Wahai kaum buruh sedunia bersatulah!" untuk melawan kelompok-kelompok lainnya.
Adapun Islam, aturan dan falsafahnya tegak di atas persaudaraan antar manusia dan menganggap mereka semuanya satu keluarga dan memperbaiki hubungan di antara mereka apabila terjadi ketidakberesan. Islam menganggap hal itu lebih mulia daripada shalat atau puasa sunnah. Maka jelaslah perbedaan antara orang yang mengajak para buruh untuk bersatu melawan yang lainnya dengan orang yang mengajak manusia seluruhnya untuk bersaudara dan menjalin cinta kasih sesama mereka. Nabi SAW bersabda:
"Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR. Ahmad dan Muslim)
Faham Sosialis Marxis selalu diliputi oleh tekanan politik, dan teror pemikiran serta berbagai pelarangan terhadap kebebasan. Mereka menyembunyikan aspirasi kelompok-kelompok yang menentang sistem dan menuduh setiap kelompok oposisi sebagai sikap primitif, kontra revolusi, pengkhianat atau dengan tuduhan yang lainnya. Sama saja sejak masa "Lenin" sampai hari ini. Dan Lenin pernah menulis kepada salah seorang sahabatnya, ia mengatakan, "Sesungguhnya tidak mengapa membunuh tiga perempat penduduk dunia agar sisanya seperempat menjadi Sosialis."
Adapun Islam itu tegak di atas dasar musyawarah, dan menjadikan nasihat pemerintah itu termasuk inti ajarannya, dan mendidik masyarakat untuk menyelamatkan orang yang berbuat kejahatan dengan lembut dan beramar ma'ruf nahi munkar serta memperingatkan ummat apabila melihat orang yang zhalim, kemudian bila mereka tidak memegang kedua tangannya (mencegahnya) maka Allah akan menyegerakan siksa untuk mereka dari sisi-Nya.

TUJUAN EKONOMI ISLAM DAN URGENSINYA


oleh Dr. Yusuf Qardhawi

Selain berbeda dengan seluruh sistem buatan manusia yang ada -yaitu lebih dalam dari segi kebebasan individu pemanfaatan sosial -sesungguhnya Islam juga berbeda dengan sistem-sistem itu di dalam ruh dan asasnya, dalam tujuan dan orientasinya dan di dalam kepentingan dan fungsinya.
Sesungguhnya dasar-dasar dari sistem Islam bukanlah buatan manusia, bukan pula ciptaan sekelompok dari manusia, tetapi ia merupakan ketentuan Allah yang Maha Mengetahui, yang menginginkan bagi hamba-Nya kemudahan dan bukan kesulitan.
Sesungguhnya Allah adalah Rabb bagi segala makhluq. Dia-lah yang mengatur segala sesuatu tanpa penyimpangan dan tanpa pemihakan. Dia adalah Rabbnya aghniya' dan fuqara', Rabbnya para buruh dan para pemilik profesi, Rabbnya para pemilik dan Rabbnya para penyewa, mereka semua adalah hamba dan keluarga-Nya. Dia mengasihi mereka jauh lebih besar daripada kasih seorang ibu terhadap anaknya. Maka apabila Allah membuat suatu sistem hidup untuk mereka, niscaya tidak ada yang lebih adil, lebih sempurna dan lebih ideal dari rancangan Allah. Berbeda dengan sistem-sistem lainnya, yang semuanya adalah buatan manusia yang penuh dengan kekurangan dan dikuasai oleh hawa nafsu.
Sesungguhnya sistem-sistem itu bersifat materi murni yang menjadikan ekonomi sebagai orientasi hidupnya, menjadikan harta sebagai sesembahannya dan dunia seluruhnya menjadi pusat perhatiannya (tumpuan harapannya). Sesungguhnya kemewahan materi itulah tujuan akhir dan menjadi Firdaus yang diinginkan.
Adapun Islam, dia telah menjadikan ekonomi sebagai sarana untuk mencapai tujuan besar, yaitu hendaknya manusia tidak disibukkan dengan kesusahan hidup dan perang roti yang melalaikan dari ma'rifah kepada Allah dan hubungan baik dengan-Nya serta kehidupan lain yang lebih baik dan abadi. Karena sesungguhnya manusia itu apabila terpenuhi kebutuhannya dan keamanannya maka mereka merasa tenteram dan berkonsentrasi untuk beribadah kepada Allah dengan khusyu'. Allah berfirman, "Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dan ketakutan." (Quraisy 4). Sehingga mereka merasa terikat dengan ikatan persaudaraan yang kuat antara satu dengan yang lainnya dari hamba-hamba Allah. Inilah tujuan ekonomi dalam Islam.
Sesungguhnya ekonomi dalam sistem-sistem Materialis yang ada itu terpisah dari akhlaq dan nilai-nilai kemuliaan, karena penekanan utamanya adalah meningkatkan produktivitas, dan penumpukan kekayaan pribadi atau kelompok dengan cara apa pun.
Dalam pandangan Islam, ekonomi adalah khadim (penopang atau sarana pendukung) bagi nilai-nilai dasar seperti aqidah Islamiyah, ibadah dan Akhlaqul Karimah. Maka apabila ada pertentangan antara tujuan ekonomi bagi individu atau masyarakat dengan nilai-nilai dasar itu maka Islam tidak mau peduli dengan tujuan-tujuan tersebut dan sanggup mengorbankan tujuan-tujuan itu dengan kerelaan hati. Hal itu dalam rangka memelihara prinsip-prinsip, tujuan dan keutamaan manusia itu sendiri.
Dari sinilah Islam mengharamkan haji bagi kaum musyrikin dan mengharamkan thawaf mereka di Baitullah dengan telanjang. Betapa pun syi'ar agama ini membawa suatu keuntungan materi bagi penduduk Makkah dan sekitarnya, tetapi Al Qur'an menganggap semua itu kecil dan menjanjikan kepada mereka bahwa Allah akan mengganti untuk mereka yang lebih baik dari itu. Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (At Taubah: 28)
Apabila kita membuka klub-klub untuk judi atau dansa, dan penjualan minuman keras. Memang hal itu dapat menghasilkan manfaat ekonomi, seperti mendorong para turis untuk datang dan mendapatkan mata uang asing dan sebagainya. Akan tetapi manfaat seperti itu tidak ada nilainya dalam pandangan Islam, karena dia bertentangan dengan prinsip-prinsipnya dalam memelihara kesehatan akal, fisik, akhlaq, aqidah dan hubungan sosial. Karena itulah Al Qur'an mengharamkan minuman keras dan judi, karena pada keduanya terdapat madharat yang besar. Adapun manfaat keduanya dari segi ekonomi sama sekali tidak perlu diperhitungkan. Allah SWT berfirman:
"Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah, "Pada keduarya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya." (Al Baqarah: 219)
Dengan demikian maka jelaslah bagi kita bahwa sistem Islam itu benar-benar terpadu dengan rapi.
Sesungguhnya Islam berbeda dengan paham Materialis yang berlebihan dalam mengumbar hawa nafsu manusia dan memberinya hak yang tak terbatas sehingga membengkak dan melampaui batas. Islam juga berbeda dengan Sosialisme yang berlebihan dalam menekan seseorang dan membebaninya dengan kewajiban-kewajiban yang berat sehingga tertekan dan merasa terus-menerus dalam kesulitan.
Sesungguhnya paham pertama di atas memihak perorangan dan mengesampingkan pertimbangan kemaslahatan bersama. Sedang yang kedua memihak masyarakat dengan menzhalimi hak-hak serta kebebasan individu. Kedua sistem tersebut berlebihan dalam memberikan nilai dunia lebih di atas perhitungan akhirat, dan memberikan kebutuhan jasmani lebih atas kebutuhan ruhani. Maka hanya Islamlah satu-satunya aturan yang bersih dari ekstrimitas yang dilakukan oleh kedua sistem tersebut dan penyimpangan keduanya ke arah ifrath (berlebihan) atau tafrith (mengurangi).
Islamlah aturan yang adil dan seimbang, yang membuat perimbangan antara hak-hak dan kewajiban, antara individu dan masyarakat, antara ruhani dan jasmani, dan antara dunia dan akhirat, tanpa berlebihan dan tanpa mengurangi. Sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah SWT:
"Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu." (Ar-Rahman: 8-9)
Tidaklah demikian itu kecuali karena Islam merupakan syari'at Allah yang tidak menyimpang dan hukum-Nya yang tidak menzhalimi. Allah SWT berfirman:
"Dan hukum siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin." (Al Maidah: 50)














Loyalitas dalam Islam


بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين, والصلاة والسلام على أشرف المرسلين. أما بعد

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan Allah SWT kepada jungjunan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jejak langkahnya  hingga akhir zaman. Amin 

Masalah al-wala’ (loyalitas/kecintaan) dan al-bara’ (berlepas diri/kebencian) adalah masalah yang sangat penting dan ditekankan kewajibannya dalam Islam, bahkan merupakan salah satu landasan keimanan yang agung, yang dengan melalaikannya akan menyebabkan rusaknya keimanan seseorang.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Al-baraa’ah (sikap berlepas diri/kebencian) adalah kebalikan dari al-wilaayah (loyalitas/kecintaan), asal dari al-baraa’ah adalah kebencian dan asal dari al-wilaayah adalah kecintaan. Yang demikian itu karena hakikat tauhid adalah (dengan) tidak mencintai selain Allah dan mencintai apa dicintai Allah karena-Nya. Maka kita tidak (boleh) mencintai sesuatu kecuali karena Allah dan (juga) tidak membencinya kecuali karena-Nya”
Imam Muhammad bin Abdul Wahhab berkata, “Sesungguhnya barangsiapa yang mentaati Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mentauhidkan Allah maka dia tidak boleh berloyalitas (mencintai) orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, meskipun orang tersebut adalah kerabat terdekatnya”
Syaikh Shaleh bin Fauzan al-Fauzan ketika menjelaskan masalah ini, beliau berkata, ”Setelah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, wajib (bagi setiap muslim untuk) mencintai para kekasih Allah (orang-orang yang beriman) dan membenci musuh-musuh-Nya. Karena termasuk prinsip-prinsip dasar akidah Islam adalah kewajiban setiap muslim yang mengimani akidah ini untuk mencintai orang-orang yang mengimani akidah Islam dan membenci orang-orang yang berpaling darinya. Maka seorang muslim (wajib) mencintai dan bersikap loyal kepada orang-orang yang berpegang teguh kepada tauhid dan memurnikan (ibadah kepada Allah Ta’ala semata), sebagaimana (dia wajib) membenci dan memusuhi orang-orang yang berbuat syirik (menyekutukan Allah Ta’ala).
Dan ini merupakan bagian dari agama (yang dianut) nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan orang-orang yang mengikuti (petunjuk)nya, yang kita diperintahkan untuk meneladani mereka, dalam firman Allah,
{قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ}
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada (diri nabi) Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:”Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah semata” (QS. al-Mumtahanah:4).
Juga merupakan bagian dari agama (yang dianut) nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Ta’ala berfirman,
 {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang yahudi dan Nasrani sebagai kekasih/teman dekat(mu); sebagian mereka adalah kekasih bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu menjadikan mereka sebagai kekasih/teman dekat, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka” (QS. al-Maa-idah:51)

Kedudukan al-wala’ dan al-bara’ dalam Islam
Ketika menjelaskan agungnya kedudukan masalah ini dalam keimanan dan tauhid, Imam Muhammad bin Abdul Wahhab berkata, “Tidak akan lurus (benar) keislaman seseorang, meskipun dia telah mentauhidkan Allah dan menjauhi (perbuatan) syirik, kecuali dengan memusuhi orang-orang yang berbuat syirik dan menyatakan kepada mereka kebencian dan permusuhan tersebut”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Jika keimanan dan kecintaan di dalam hati seorang (muslim) kuat, maka hal itu menuntut dia untuk membenci musuh-musuh Allah”
Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin lebih lanjut menjelaskan, “Sikap loyal dan cinta terhadap orang-orang yang menentang Allah menunjukkan lemahnya keimanan dalam hati seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya, karena tidaklah masuk akal jika seseorang mencintai sesuatu yang dimusuhi kekasihnya (Allah Ta’ala). Bersikap loyal terhadap orang-orang kafir adalah dengan menolong dan membantu mereka dalam kekafiran dan kesesatan yang mereka lakukan, sedangkan mencintai mereka adalah dengan melakukan sebab-sebab yang menimbulkan kecintaan mereka, yaitu berusaha mencari kecintaan (simpati) mereka dengan berbagai cara. Tidak diragukan lagi perbuatan ini akan menghilangkan kesempurnaan iman atau keseluruhannya. Maka wajib bagi seorang mukmin untuk membenci dan memusuhi orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, meskipun orang tersebut adalah kerabat terdekatnya, akan tetapi ini tidak menghalangi kita untuk menasehati dan mendakwahi orang tersebut kepada kebenaran”

Dalil-dalil yang menunjukkan wajibnya al-wala’ dan al-bara’

Dalil-dalil yang menunjukkan hal ini – selain dua ayat di atas – banyak sekali, diantaranya firman Allah Ta’ala,
{لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ}
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun mereka itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan dari-Nya, dan Dia menempatkan mereka di dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung” (QS al-Mujaadilah:22).
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di ketika menafsirkan ayat ini berkata, “…Seorang hamba tidak akan menjadi seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat dengan (keimanan) yang sebenarnya kecuali setelah dia mengamalkan kandungan dan konsekwensi imannya, yaitu mencintai dan berloyalitas kepada orang-orang yang beriman (kepada Allah), serta membenci dan memusuhi orang-orang yang tidak beriman, meskipun mereka orang yang terdekat hubungannya dengannya.
Inilah keimanan yang hakiki yang menumbuhkan buah dan hasil (yang benar), …
Adapun orang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah dan hari akhirat, tapi bersamaan dengan itu dia mencintai musuh-musuh Allah dan menyayangi orang-orang yang mencampakkan iman dibelakangnya, maka ini adalah iman yang (cuma) pengakuan (tapi) tidak ada (bukti) nyatanya. Karena segala sesuatu harus disertai bukti (nyata) yang membenarkannya, adapun sekedar pengakuan (tanpa bukti) maka tidak ada artinya dan tidak membenarkan pelakunya”
Juga dalam firman-Nya,
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu sebagai kekasihmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa yang di antara kamu yang menjadikan mereka sebagai kekasih, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS at-Taubah:23).

Demikian pula sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“من أحب لله وأبغض لله وأعطى لله ومنع لله فقد استكمل الإيمان”
Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan tidak memberi karena-Nya, maka sungguh telah sempurna keimanannya

Pembagian sikap al-wala’ dan al-bara’ kepada orang-orang kafir dan musyrik
Sikap al-wala’ dan al-bara’ kepada orang-orang kafir dan musyrik ada dua macam dan keduanya memiliki hukum yang berbeda, yaitu:
1- at-Tawalli, yang berarti mencintai perbuatan syirik dan pelakunya, atau menolong, membantu dan mendukung mereka untuk (melawan) orang-orang mukmin, atau senang dengan semua itu, maka ini (hukumnya) adalah kekafiran yang besar (yang menyebabkan seseorang keluar/murtad dari agama Islam). Allah Ta’ala berfirman,
{وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ}
Barangsiapa di antara kamu menjadikan mereka sebagai kekasih/teman dekat, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka” (QS al-Maa-idah:51).


Imam al-Bhagawi berkata, “Keimanan seorang mukmin akan rusak dengan dia mencintai orang-orang kafir”
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab telah menyebutkan hal ini termasuk hal-hal yang membatalkan keislaman seseorang dan beliau berargumentasi dengan ayat di atas
2- al-Muwaalaah, yang berarti saling berkasih sayang dan bersahabat, lawannya saling bermusuhan dan membenci. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah – semoga Allah merahmatinya – berkata, “Sesungguhnya al-wilaayah (loyalitas/kecintaan) adalah lawan dari al-’adaawah (permusuhan), dan al-wilaayah mengandung (konsekwensi) kecintaan dan kecocokan, sedangkan al-’adaawah mengandung (konsekwensi) kebencian dan ketidakcocokan”
Patokan (dalam menilai) al-Muwaalaah adalah mencintai orang-orang yang berbuat syirik karena (urusan) dunia (semata), dan tidak ada padanya (unsur) menolong (keyakinannya). Ini hukumnya termasuk perbuatan dosa besar (tapi tidak sampai tingkat kekafiran). Allah Ta’ala berfirman,
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu sebagai teman-teman dekat yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam)  karena rasa kasih sayang” (QS al-Mumtahanah:1).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah – semoga Allah merahmatinya – berkata, “Terkadang seorang (muslim) mencintai orang kafir karena (ada hubungan) keluarga atau keperluan (dunia), maka kecintaan ini adalah perbuatan dosa yang mengurangi (kesempurnaan) imannya, akan tetapi tidak menjadikannya kafir (keluar dari Islam), sebagaimana yang terjadi pada Hathib bin Abi Balta’ah
Maka perbedaan antara at-tawalli dan al-muwaalaah adalah bahwa at-tawalli termasuk kekafiran besar yang menyebabkan pelakunya keluar (murtad) dari agama Islam, sedangkan al-muwaalaah adalah dosa besar (yang tidak sampai tingkat kekafiran).
Syaikh Abdullah bin Abdul Lathif – semoga Allah merahmatinya – pernah ditanya tentang perbedaan antara al-muwaalaah dan at-tawalli ? Maka beliau menjawab, “ at-tawalli adalah kekafiran yang menyebabkan pelakunya keluar (murtad) dari agama, seperti membela dan menolong orang-orang kafir dengan harta, raga dan pikiran. Sedangkan al-muwaalaah adalah termasuk dosa besar, seperti (membantu) mengisi tinta (pulpen), atau meraut pensil, menampakkan (wajah yang) berseri-seri (di hadapan) mereka, atau mengangkatkan cambuk bagi mereka”

Bagaimana menempatkan sikap al-wala’ dan al-bara’ pada manusia sesuai dengan kadar ketaatan dan kemaksiatan mereka?
Dalam hal ini manusia dibagi menjadi tiga golongan:
1- Orang-orang yang wajib dicintai dengan kecintaan yang murni dan tanpa kebencian (sama sekali).
Mereka ini adalah orang-orang yang memiliki keimanan yang murni (sempurna), dari kalangan para nabi, para shiddik, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang shaleh.
Yang paling utama adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau wajib untuk dicintai melebihi kecintaan kepada diri sendiri, orang tua, anak dan semua manusia.
Kemudian istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan anggota keluarga beliau, serta para sahabat radhiyallahu ‘anhum, terutama al-Khulafa’ur raasyidin (khalifah yang empat), sepuluh orang sahabat yang dijanjikan masuk surga, para sahabat muhajirin dan anshar, para sahabat yang ikut perang Badr, para sahabat yang ikut dalam baiat ridwan, dan para sahabat lain secara keseluruhan radhiyallahu ‘anhum.
Kemudian para tabi’in, para ulama dari tiga generasi utama, para ulama salaf dan imam mereka, seperti imam mazhab yang empat.
Allah Ta’ala berfirman,
{وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَااغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ}
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah lebih dahulu beriman dari kami, dan janganlah Engkau menjadikan dalam hati kami (ada) rasa dengki terhadap orang-orang yang beriman, ya tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha penyantun lagi Maha Penyayang” (QS al-Hasyr:10).
Orang yang memiliki iman dalam hatinya tidak mungkin membenci para sahabat y dan para ulama salaf. Yang membenci mereka hanyalah orang-orang yang menyimpang (agamanya), orang-orang munafik dan musuh-musuh Islam, seperti orang-orang Rafidhah (Syi’ah) dan Khawarij, semoga Allah menyelamatkan kita (dari penyimpangan mereka).
2- Orang-orang yang wajib dibenci dan dimusuhi dengan kebencian dan permusuhan yang murni tanpa ada rasa cinta dan sikap loyal (sama sekali).
Mereka ini adalah orang-orang kafir yang murni (kekafirannya), dari kalangan orang-orang kafir, musyrik, munafik, murtad (keluar dari agama Islam), dan orang-orang yang mulhid (menyeleweng/menyimpang jauh dari agama Islam, seperti orang-orang zindik), dengan berbagai macam dan golongan mereka.
3- Orang-orang yang (wajib) dicintai dari satu sisi (karena keimanan dan ketaatannya), dan dibenci dari sisi yang lain (karena perbuatan maksiatnya). Maka terkumpul pada diri mereka ini kecintaan dan kebencian sekaligus.
Mereka ini adalah orang-orang mukmin yang berbuat maksiat. Mereka wajib dicintai karena mereka memiliki iman, dan dibenci karena mereka melakukan perbuatan maksiat yang tidak sampai pada tingkat kekafiran dan kesyirikan.
Kecintaan kepada mereka ini mengandung konsekwensi menasehati dan mengingkari (perbuatan maksiat) mereka. Kita wajib memerintahkan mereka untuk berbuat baik dan melarang mereka dari kemungkaran, serta menegakkan batasan dan hukum Allah kepada mereka, sampai mereka meninggalkan perbuatan maksiat dan bertobat dari kesalahan mereka.

Mengenal Al Wala’ dan Al Baro’
Al Wala’ secara bahasa berarti dekat, sedangkan secara istilah berarti memberikan pemuliaan penghormatan dan selalu ingin bersama yang dicintainya baik lahir maupun batin. Dan al baro’ secara bahasa berarti terbebas atau lepas, sedangkan secara istilah berarti memberikan permusuhan dan menjauhkan diri.
Wahai saudariku, ketahuilah bahwa seorang muslimah yang mencintai Allah dituntut untuk membuktikan cintanya kepada Allah yaitu dengan mencintai hal yang Allah cintai dan membenci hal yang Allah benci. Hal yang dicintai Allah adalah ketaatan terhadap perintah Allah dan orang-orang yang melakukan ketaatan, sedangkan hal yang dibenci Allah adalah kemaksiatan (pelanggaran terhadap larangan Allah) dan orang-orang yang melakukan kemaksiatan dan kesyirikan.
Oleh karena itu, hendaklah engkau wala’ terhadap ketaatan dan orang-orang yang melakukan ketaatan dan baro’ terhadap maksiat dan kesyirikan dan orang-orang yang mempraktekkannya.
Siapa yang Berhak Mendapatkan Wala’ dan Baro’ ?
  1. Orang yang mendapat wala’ secara mutlak, yaitu orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menjalankan kewajiban dan meninggalkan larangan di atas tauhid.
  2. Orang yang mendapat wala’ dari satu segi dan mendapat baro’ dari satu segi, yaitu muslim yang bermaksiat, menyepelekan sebagian kewajiban dan melakukan sebagian yang diharamkan.
  3. Orang yang mendapat baro’ secara mutlak, yaitu orang musyrik dan kafir serta muslim yang murtad, melakukan kesyirikan, meninggalkan shalat wajib dan pembatal keislaman lain.
Sebagian Tanda Al Wala’
  1. Hijrah, yaitu pindah dari lingkungan syirik ke lingkungan islami, dari lingkungan maksiat ke lingkungan orang-orang yang taat.
  2. Wajib mencintai saudara muslim sebagaimana mencintai diri sendiri dan senang kebaikan ada pada mereka sebagaimana senang kebaikan ada pada diri sendiri serta tidak dengki dan angkuh terhadap mereka.
  3. Wajib memprioritaskan bergaul dengan kaum muslimin.
  4. Menunaikan hak mereka: menjenguk yang sakit, mengiring jenazah, tidak curang dalam muamalah, tidak mengambil harta dengan cara yang bathil, dsb.
  5. Bergabung dengan jama’ah mereka dan senang berkumpul bersama mereka.
  6. Lemah lembut  dan berbuat baik terhadap kaum muslimin, mendoakan dan memintakan ampun kepada Allah bagi mereka.
Di Antara Tanda Al Baro’
  1. Membenci kesyirikan dan kekufuran serta orang yang melakukannya, walau dengan menyembunyikan kebencian tersebut.
  2. Tidak mengangkat orang-orang kafir sebagai pemimpin dan orang kepercayaan untuk menjaga rahasia dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang penting.
  3. Tidak memberikan kasih sayang kepada orang kafir, tidak bergaul dan bersahabat dengan mereka.
  4. Tidak meniru mereka dalam hal yang merupakan ciri dan kebiasaan mereka baik yang berkaitan dengan keduniaan (misalnya cara berpakaian, cara makan) maupun agama (misalnya merayakan hari raya mereka).
  5. Tidak boleh menolong, memuji dan mendukung mereka dalam menyempitkan umat Islam.
  6. Tidak memintakan ampunan kepada Allah bagi mereka dan tidak bersikap lunak terhadap mereka.
  7. Tidak berhukum kepada mereka atau ridha dengan hukum mereka sementara mereka meninggalkan hukum Allah dan Rasul-Nya.
Buah Al Wala’ wal Baro’
1. Mendapatkan kecintaan Allah
“Allah berfirman, “Telah menjadi wajib kecintaanKu bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku.” (HR. Malik, Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim)
2 Mendapatkan naungan ‘Arsy Allah pada hari kiamat
Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat: ‘Mana orang-orang yang saling mencintai karena kemuliaan-Ku? Hari ini Aku lindungi mereka di bawah naunganKu pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Ku.” (Hadits Qudsi riwayat Muslim)
3. Meraih manisnya iman
‘Barangsiapa yang ingin meraih manisnya iman, hendaklah dia mencintai seseorang yang mana dia tidak mencintainya kecuali karena Allah.‘ (HR. Ahmad)
4. Masuk surga
“Tidaklah kalian masuk surga sehingga kalian beriman dan tidaklah kalian beriman sehingga kalian saling mencintai.” (HR. Muslim)
5. Menyempurnakan iman
“Barangsiapa yang mencintai dan membenci, memberi dan menahan karena Allah maka telah sempurnalah imannya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Hadits Hasan)
Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Al Wala’ wal Baro’
  1. Seorang muslimah yang memiliki orang tua kafir hendaknya tetap berbuat baik pada orang tua. Dan tidak diperbolehkan menaati orang tua dalam meninggalkan perintah Allah dan melanggar larangan-Nya.
  2. Diharamkan bagi muslimah untuk menikah dengan laki-laki kafir karena agama seorang wanita mengikuti agama suaminya.